Senin, 02 September 2013

SEKTE-SEKTE SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT




SEKTE-SEKTE SOSIAL DALAM KEHIDUPAN 
MASYARAKAT


                                           


                                                                            
Oleh :

                                               Muhammad Mahmudi       083 111 038






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) JEMBER

September, 2013



   
SEKTE-SEKTE SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


A.Pengantar

Manusia tidak dapat hidup sendirian, mereka membutuhkan manusia lain. Dalam menghadapi lingkungan sekitar manusia harus dapat bergaul dengan baik dengan manusia-manusia lain, dan dari pergaulan tadi mereka dapat mendatang kepuasan-kepuasan bagi jiwa masing-masing manusia.
Manusia juga disebut social animal(hewan sosial) yaitu hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness.
Dalam berhubungan manusia dengan manusia yang lain memiliki sebuah reaksi, yang mana reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Manusia sejak dilahirkan telah memiliki dua hasrat atau keinginan pokok yaitu:
  1. keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya
  2. keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Karena manusia sejak dilahirkan telah memiliki dua hasrat atau keinginan pokok,maka dalam memberikan reaksi manusia cenderung untuk dapat memberikan keserasian dengan tindakan orang lain.
Dan dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Dalam penggunaan pikiran, perasaan, dan kehendaknya dalam menghadapi lingkungan manusia akan mengalami hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dengan lingkungannya, yang kemudian timbullah kelompok sosial/social group yaitu himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.
Setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial jika memiliki:
  1. kesadaran setiap anggota untuk mengakui kelompoknya
  2. adanya hubungan timbal balik
  3. memiliki kesamaan faktor, misalnya memiki tujuan yang sama
  4. berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku
  5. mempunyai sistem dan berproses

B.Pendekatan Sosiologis terhadap sekte-sekte sosial

Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yaitu keluarga. Walaupun anggota keluarga selalu menyebar, tapi pada waktu-waktu tertentu keluarga itu akan berkumpul kembali, dan di saat mereka berkumpul, mereka akan saling tukar menukar pengalaman yang terjadi pada mereka dengan kelompok sosial yang lainnya. Pada saat yang demikian yang terjadi bukan hanya pertukaran pengalaman, tetapi anggota keluarga mungkin telah mengalami perubahan-perubahan walaupun tidak disadarinya. Saling tukar menukar pengalamn dalam kehidupan berkelompok mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian oarang-orang yang bersangkutan.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki dua segi yaitu jasmaniah(raga) dan rohaniah(jiwa). Segi rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan, dan apabila di serasikan akan menghasilkan keinginan yang kemudian menjadi sikap tindak yang mana sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak dari segi jasmaniah manusia.

C.Tipe-tipe Sekte sosial

  1. Klasifikasi Tipe-tipe Sekte
    Sosial

Georg Simmel mengklasifikasikan kelompok sosial mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota dan pengaruh kelompok, yaitu di mulai dari bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang sebagai fokus hubunganyang kemudian di kembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang ataupun lebih.
F.Stuart Chapin,mengklasifikasikannya melalui ukuran tinggi rendahnya  derajat kedekatan hubungan antar anggota-anggota kelompok sosial, yaitu pembagian atas dasar kelompok-kelompok yang mana anggota-anggotanya saling mengenal.
Selanjutnya yaitu pengklasifikasian berdasarkan kepentingan dan wilayah, misalnya masyarakat setempat yang merupakan kelompok-kelompok atas dasar wilayah dan memiliki kepentingan –kepentingan bersama  walaupun tidak di khususkan secara terinci atau di jabarkan lebih lanjut.
Klasifikasi selanjutnya yaitu atas dasar ukuran derajat organigasasi, yaitu kelompok-kelompok sosial yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berorganisasi dengan baik seperti negara atau juga kelompok-kelompok sosial yang hampir- hampir tidak terorganisasi misalnya kerumunan.

  1. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
Dalam masyarakat yang kompleks,individu biasanya menjadi anggota dari kelompok sosial tertentu dengan sekaligus, misalnya atas dasar ras, akan tetapi dalam hal lain seperti bidang pekerjaan keanggotaannya biasanya bersifat sukarela. Dengan demikian terdapat derajat tertentu bagi individu sehubungan dengan keanggotaan kelomnpok sosialnya.
Ukuran lain dari individu yaitu individu lebih tertarik pada kelompok sosial yang dekat dengan kehidupan seperti keluarga, kelompok kekerabatan, dan rukun tetangga, dari pada misalnya dengan perusahaan atau negara.
  1. In-Group dan Out-Group
In group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan out group oleh individu di artikan sebagai kelompok sosial yang menjadi lawan dari in group. In group dan out group biasanya sering di kaitkan dengan istilah-istilah “kami atau kita” dan “mereka”,misalnya “kami mahasiswa hukum sedangkan mereka mahasiswa fakultas ekonomi”.
Sikap-sikap in group pada umumnya di dasarkan pada faktor simpati dan selalu mepunyai perasaan dekat anggota-anggota kelompok. Sedangkan sikap-sikap out group selalu di tandai dengan suatu kelainan yang berwujud kebencian dan permusuhan.
Perasaan in group dan out group atau perasaan  didalam kelompok dan luar kelompok didasari dengan suatu sikap yang menganggap bahwa kebiasaan-kebiasaan kelompoknya merupakan yang terbaik di bandingkan kebiasaan-kebiasaan kelompok lain.
  1. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Kelompok primer adalah kelompok –kelompok sosial yang sederhana yang di tandai dengan ciri-ciri saling kenal menganal dengan anggota kelompoknya serta kerja sama yang erat. Sebagai salah satu hasil hasil hubungan kerja sama yang eratadalah peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi juga tujuan kelompok, seperti keluarga,kelompok sepermainan, dan lain sebagainya.
Kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang yang mana hubungannya tidak bersifat pengenalansecara pribadi dan juga tidak tetap seperti hubungan kontrak jual beli.
Hubungan-hubungan antar manusia tidak mungkin semata-mata didasarkan atas kontrak tetapi harus ada rasa kesetiaan dan pengabdian terhadap kelompok. Rasa kesetian dan pengabdian tersebut tidak mungkin timbul dengan sendirinya tetapi merupakan hasil dari hubungan antar manusia yang akrab. Adanya kelompok primer merupakan syarat penting dari terbentuknya kelompok sekunder. Syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer dan kelompok sekunder saling mengisi dan dalam kenyataan tak dapat dipisah-pisahkan secara sepenuhnya.

  1. Paguyuban(Gemeinschaft) dan Patembayan(Gesellschaft)

Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama yang mana angotanya di ikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah juga bersifat tetap. Dasar hubungannya atas rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah di kodratkan. Kehidupan ini juga bersifat nyata dan saling melengkapi. Bentuk paguyuban terutama dapat di jumpai dalam keluarga.
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan untuk jangka waktu yang pendek. Patembayan bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.Bentuk patembayan terutama dapat di temui dalam hubungan prjanjian yang berdasarkan ikatan timbal balik seperti ikatan anara pedagang.
Tonies menyesuaikan bentuk kehidupan paguyuban dan patembayan dengan dua bentuk kemauan asasi manusia yaitu wesenwille dan kurwille. Wesenwille merupakan benruk kemauan yang dikodratkan yang timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Dalam wesenwille perasaan dan akal adalah kesatuan yang terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan saling melengkapi. Sedangkan kurwille merupakan bentuk kemauan yang di pimpin oleh cara berpikir yang di dasarkan pada akal. Kurwille merupakan kemauan yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya masuk akal. Wesenwilleselalu menimbulkan paguyuban sedangkan Kurwille selalu menjelmakan patembayan.
  1. Formal Group dan Informal Group

Formal group adalah kelompok sosialyang berbentuk organisasi yang mempunyai aturan-aturan yang bersifat tegas,dan sengaja di buat oleh anggota kelompok untuk mengatur hubungan antar sesama.
Menurut Max Weber organisasi-organisasi yang di bentuk menurut cara-cara yang cara kerjanya bersifat menurut aturan memiliki cara-cara sebagai berikut:
  1. Tugas-tugas organisasi di salurkan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas jabatan.
  2. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri dari tingkatan struktur yang berwenang yaitu dimana setiap pejabat bertanggung jawab terhadap bawahan mengenais keputusan dan pelaksan.
  3. Sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanaan
  4. Unsur staf merupakan pejabat yang bertugas memelihara organisasi dan khususnya dalam keteraturan komunikasi
  5. Para pejabat berharap hubungan dengan bawahan dan pihak lain dalam peninjauannya tidak bersifat pribadi.
  6. Penyelenggaraan peraturan-peraturan pegawai  di dasarkan pada kemajuan dan perkembangan pada pekerjaan.

Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok –kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dan yang menjadi dasarnya adalah kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama.

  1. Membership Group dan Reference Group

Membership group adalaah kelompok sosial yang mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok . batas-batas yang di pakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik tidak dapat di lakukan secara sepenuhnya, karena adanya perubahan-perubahan keadaan.
Kelompok yang bukan anggota dapat di kategorikan atas beberapa kategori,yaitu:
a.       Dibedakan dari yang pemenuhan persyaratan, pembedaan tersebut untuk mengetahui persyaratan apa yang perlu dilakukan supaya orang-orang yang bukan anggota tadi berorientasi pada norma-norma yang berlaku dalam kelompok sosial tersebut.
b.      Sikap terhadap keanggotaan kelompok. Orang-orang bukan anggota juga dapat di bedakan menurut sikapmereka terhadap kelompok nya. Ada yang ingin sekali menjadi anggota ada pula yang bersikap masa bodoh
c.       Kelompok terbuka dan tertutup. Kelompok-kelompok yang tertutup biasanya ingin mempertahankan pola-pola interaksi yang telah ada sehingga keanggotaannya terbatas. Sedangkan kelompok-kelompok terbuka misalnya partai politik yang ingin mempunyai pengikut sebanyak-banyaknya agar progam  partainya mendapat dukungan masyarakat.
d.      Ukuran waktu bagi anggota. Ukuran waktu ini menyangkut orang yang pernah  menjadi anggota dan orang-orang yang secara formal tidak mau menjadi anggota.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang yang bukan anggota untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Misalnya seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa, tetapi gagal memenuhi pwersyaratan untuk memasuki salah satu perguruan tinggi, tetapi tetap bertingkah laku sebagai mahasiswa walaupun dia bukan  mahasiswa.
Robert K.Merton mengemukakan  adanya dua tipe umum refefce group
a.       Tipe normatif
Tipe  ini yang menetukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok. Contohnya adalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang teguh pada tradisi yang telah di pelihara oleh para veteran.

b.      Tipe perbandingan
Tipe ini merupakan pegangan bagi individu dalam  menilai kepribadiannya. Tipe ini lebih di pakai sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang di bandingkan  dengan status ekonomis dari orang-orang yang semasyrakat.

  1. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok okupasional adalah kelompok sosial yang munculnya di karenakan semakin lunturnya fungsi dari kekerabatan, kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis, misalnya kelompok profesi.
Kelompok volunter dalah kelompok yang mana anggotanya memilki kepentingan yang sama namun tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang semakin luas daya jangkaunnya. Kelompok- kelompok valonoter dapat memenuhi kepentingan-kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Kelompok-kelompok valonter mungkin di landaskan pada kepentingan-kepentingan primer seperti sandang,papan,dan pangan.  

D.Kelompok-kelompok Sosial yang tidak Teratur

  1. Kerumunan

Kerumunan adalah inividu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat,pada waktu yang bersamaan. Kerumunan jelas tidak terorganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja, artinya interaksi di dalamnya bersifat spontan dan tidak terduga, dan juga orang-orang yang hadir dan berkumpul mempunyai kedudukan yang sama.
 Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan, misalnya seorang guru,mahasiswa,pedagang dan lain sebagainya sama-sama menunggu bis.
Untuk membubarkan suatu kerumunan di perlukan usaha-usaha untuk mengalihkan pusat perhatian, untuk mengupayakan agar individu-individusadar kembali akan kedudukan dan peranan yang seseungguhnya, usaha lai  dapat di lakukan dengan menakut-nakuti mereka. Misalnya demonstrasi, kadang-kadang di bubarkan dengan gas air mata atau denag tembakan peringatan dan lain sebagainya.
Bentuk-bentuk umum kerumunan
a. Kerumunan yang memiliki suara yang berkaitan dengan struktur sosial
1.) Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendengar yang resmi atau formal (formal audiences)
merupakan kerumunana-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan
persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif. Contohnya adalah orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan.

2.) Planned Expressive Group
Kelompok yang memang telah direncanakan (planned expressive group)
adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu penting, tetapi
mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan
tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya sebagai penyalur
ketegangan-ketagangan  yang di alami orang karena pekerjaan sehari-hari.
Contohnya orang berpesta,berdansa, sebagainya.

b.Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)

1.) Incovenient Aggregations
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)
adalah orang-orang  yang antri karcis, orang –orang yang menunggu bis,
dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain
merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang.

2.) Panic Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic
crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan
diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu dalam
kerumunan tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa
panik.

3.) Spectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator crowds) terjadi karena ingin melihat suatu
kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak
penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak
direncanakan , sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya tak
terkendalikan.


c.Kerumunan yang berlawan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)

1.) Accting Mobs
Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs) bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak karena merasakan bahwa hak-hak  mereka di injak-injak atau karena tak adanya keadilan.

2.) Immoral Crowds
Kerumunana yang bersifat immoral (immoral crowds) hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat.Contohnya adalah orang-orang yang mabuk.


  1. Publik
Publik merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi dalam publik terjadi secara tidak langsung dan melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya pembicaraan pribadi yang berantai,desas-desus,surat kabar,radio, televisi,flim, dan lain sebagainya.
Tingkah laku pribadi kelakuan publik didasarkan pada tingkah laku atau perilaku individu. Untuk memudahkan mengumpulkan publik tersebut, digunakan cara-cara dengan menggandengkan nilai-nilai sosial atau tradisi masyarakat yang bersangkutan, atau dengan menyiarkan pemberitahuaan-pemberitahuaan, baik yang bersifat benar maupun yang palsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar